FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA BALEREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN TAHUN 2015
Abstract
Gangguan kesehatan yang biasanya ditimbulkan oleh buruknya kondisi lingkungan rumah adalah
ISPA. Penderita ISPA paling banyak adalah balita, karena kekebalan tubuhnya yang masih rendah. Kondisi
lingkungan fisik rumah seperti jenis lantai, jenis dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian, kelembaban,
suhu, pencahayaan dan pertukaran udara.
Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Ds. Balerejo Kec. Balerejo Kab. Madiun.
Jenis penelitiancase control. pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan pengukuran di
rumah responden. Jumlah sampel 67 responden, jumlah penderita 50 balita dan kontrol 17 balita. Teknik
pengambilan sampel untuk kasus menggunakan total sampling dan control dengan teknik random
sampling, selanjutnya dianalisis dengan ujichi square.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa jenis lantai, dinding, luas ventilasi, kelembaban, suhu,
pencahayaan dan pertukaran udara ada hubungan kejadian ISPA. Kepadatan hunian tidak ada hubungan
kejadian ISPA. Secara keseluruhan, lingkungan fisik rumah ada hubungan dengan kejadian ISPA pada
balita.
Kesimpulan ada hubungan antara lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita.
Disarankan agar dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan rumah dan faktor-faktor yang mengakibatkan
penyakit berbasis lingkungan.Masyarakat disarankan membiasakan membuka jendela rumah agar sinar
matahari dapat masuk dan pertukaran udara dapat terjadi dengan baik.
Kata Kunci : Lingkungan Fisik Rumah dan ISPA.
ISPA. Penderita ISPA paling banyak adalah balita, karena kekebalan tubuhnya yang masih rendah. Kondisi
lingkungan fisik rumah seperti jenis lantai, jenis dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian, kelembaban,
suhu, pencahayaan dan pertukaran udara.
Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Ds. Balerejo Kec. Balerejo Kab. Madiun.
Jenis penelitiancase control. pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan pengukuran di
rumah responden. Jumlah sampel 67 responden, jumlah penderita 50 balita dan kontrol 17 balita. Teknik
pengambilan sampel untuk kasus menggunakan total sampling dan control dengan teknik random
sampling, selanjutnya dianalisis dengan ujichi square.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa jenis lantai, dinding, luas ventilasi, kelembaban, suhu,
pencahayaan dan pertukaran udara ada hubungan kejadian ISPA. Kepadatan hunian tidak ada hubungan
kejadian ISPA. Secara keseluruhan, lingkungan fisik rumah ada hubungan dengan kejadian ISPA pada
balita.
Kesimpulan ada hubungan antara lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita.
Disarankan agar dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan rumah dan faktor-faktor yang mengakibatkan
penyakit berbasis lingkungan.Masyarakat disarankan membiasakan membuka jendela rumah agar sinar
matahari dapat masuk dan pertukaran udara dapat terjadi dengan baik.
Kata Kunci : Lingkungan Fisik Rumah dan ISPA.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.36568/kesling.v14i3.263
Refbacks
- There are currently no refbacks.